LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
Disusun oleh :
Nama :
Okiana Wahyu K.
NIM :
13258
Kelompok :
V
Golongan :
A5
Asisten :
-
Ravi Wirang Gosa
-
Mukti Astrini
-
Miftachurohman
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA I
SALINITAS
SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS
I.
TUJUAN
1.
Mengetahui dampak salinitas terhadap
pertumbuhan kacang tunggak.
2.
Mengetahui tanggapan tanaman kacang tunggak
terhadap tingkat salinitas
yang berbeda.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tumbuhan
memiliki ukuran tersendiri dalam menggunakan senyawa-senyawa yang terlarut
dalam tanah yang berguna dalam proses pertumbuhan. Di antara berbagai senyawa
tersebut, garam terlarut dalam tanah sangatlah diperlukan tumbuhan. Namun,
tumbuhan tidak akan tumbuh dengan baik dengan konsidi kadar garam terlalu
tinggi. Seperti halnya yang dilakukan dalam suatu penelitian oleh Syakir
(2008) bahwa pengembangan dan
pengelolaan lahan pasang surut menjadi lahan produktif, memiliki kendala yaitu
salinitas akibat intrusi air laut sehingga dapat meningkatkan kadar garam
(NaCl) yang dapat mengakibatkan keracunan tanaman. (Notohadiprawiro,1986 via Suwignyo, Rujito Agus et al.,,2010). Garam NaCl yang terdiri
natrium dan klor, natrium berfungsi untuk menggantikan sebagian kalium yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, sedangkan klor diserap oleh tumbuhan
dalam bentuk ion Cl yang berperan dalam proses fotosintesis (Bronnell, 1979 via Iswadi, 2004 via Syakir M et al.,
2008).
Salinitas
tinggi merupakan suatu kondisi garam terlarut
dalam tanah berlebihan sehingga berakibat buruk dalam pertumbuhan
tanaman (Syakir M et al.,.,2008).
Kadar garam berlebih dapat merusak
jaringan tanaman, menghambat perkecambahan benih, kualitas hasil. Berdasarkan hasil penelitian bahwa respon
suatu tanaman terhadap salinitas tinggi menunjukkan daya adaptasi yang dimiliki
tanaman tersebut (Adam, Paul 1993). Oleh karena itu suatu tanaman tertentu
dapat hidup di kondisi lingkungan yang
memiliki kadar garam tinggi. Salah satu metode adaptasi tanaman terhadap
salinitas adalah melalui pengaturan tekanan osmotik dengan cara mensintesis
senyawa-senyawa asam amino prolin, asam amino lain, galak tosilgliserol, dan
asam organik (Syakir M et al.,2008).
Berdasarkan
ketahanan terhadap salinitasnya tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu halopita dan glikofita. Tumbuhan halopita
merupakan tumbuhan yang mampu bertahan
dalam kondisi salinitas tinggi, sedangkan glikofita merupakan tumbuhan yang
tidak dapat hidup dalam kondisi yang demikian (Garg Rohini et al., 2013). Lingkungan
yang ekstrim seperti lingkungan dengan kondisi kadar garam tinggi banyak ditanami tanaman mangrove, di daerah pantai.
Tanaman mangrove yang merupakan tanaman halopita. Adaptasi tumbuhan mangrove
secara anatomi terhadap keadaan tanah dan kekurangan oksigen adalah melalui
lentisel pada akar napas, batang, dan organ lain (Tomlinson, 1986 via Onrizal,2005). Sehingga dengan
memiliki anatomi seperti itu tanaman mangrove dapat menyelesaikan siklus
hidupnya di lingkungan dengan kadar garam tinggi. Sedangkan pada tanaman
glikofita tidak memiliki anatomi yang seperti yang dimiliki oleh tumbuhan
halopita sehingga tidak mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar garam
tinggi. Salinitas dengan taraf sedang pada saat perkembangan buah dapat
mengubah bagian dari fotosintesis dan meningkatkan total padatan terlarut pada
buah melon dan tomat (Shannon,1999 via Syakir
M, et al., 2008).
Salinitas
berpengaruh terhadap menurunnya pertumbuhan tanaman sebagai akibat dari
penurunan luas daun dan jumlah daun. Sehingga hal itu dapat mengganggu proses
fotosintesis, jika proses fotosintesis terganggu maka energi yang dihasilkan
tumbuhan sangat sedikit. Hal tersebut mengakibatkan pasokan hasil fotosintesis
yang terangkut pun sangat kurang untuk pertumbuhan tanaman. Salinitas dengan taraf rendah hingga sedang
terutama berpengaruh terhadap nilai osmotik di daerah perakaran tanaman (Munns
dan Termaat,1985 via Shannon,1999 via Syakir M, 2008). Perakaran tanaman
yang mengalami hal tersebut, maka pertumbuhannya akan terganggu karena proses
penyerapan unsur hara dari dalam tanah tidak dapat berlangsung secara maksimal.
III.
METODE
PELAKSANAAN
Praktikum Dasar-dasar Ekologi yang
berjudul Salinitas sebagai Faktor Pembatas dilaksanakan di Laboratorium Ekologi
Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada
tanggal 14 Maret 2014. Pada praktikum
ini digunakan alat – alat berupa timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer,
alat pengaduk, peralatan tanam, penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
yaitu benih tanaman yang terdiri atas benih padi, kacang tunggak, kacang hijau,
timun, polibag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas label. Langkah kerja
dalam praktikum ini dilakukan dalam dua bagian. Bagian pertama, yakni pembuatan
larutan NaCl, dan bagian kedua yaitu persiapan bahan tanam dan penanaman.
Pada pembuatan larutan NaCl,
disiapkan NaCl teknis sebanyak 2,5 gram untuk perlakuan 2500 ppm dan 5 gram
untuk perlakuan 5000 ppm. Kemudian 2,5 gram garam dilarutan dengan aquades
kemudian diaduk (untuk perlakuan 2500 ppm). Dilakukan langkah yang sama untuk
pembuatan larutan garam 5000 ppm. Pada persiapan bahan tanam da penaman,
langkah awal yang dilakukan yaitu disiapkan polibag yang diisi tanah sebanyak
kurang lebih 3 kg,. Kerikil, sisa-sisa tanaman, kotoran yang berada di dalam
tanahharus dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Lalu dipilih
biji yang sehat yang akan ditanam ke dalam polibag dan ditanam sebanyak lima
benih di dalam polibag. Untuk satu minggu pertama, benih dikecambahkan terlebih
dahulu di dalam polibag dan disiram dengan air biasa.Setelah satu minggu, bibit
dijarangkan menjadi tiga tanaman untuk setiap perlakuan. Untuk perlakuan 0 ppm,
penyiraman digunakan air biasa. Penyiraman dilakukan sebayak 7 kali dengan
selang waktu dua hari sekali, hingga umur tanaman mencapai 21 hari. Selang hari
di antara pemberian larutan garam, penyiraman tetap dilakukan menggunakan air
biasa.
Pengamatan
dilakukan setiap pemberian/ aplikasi penyiraman larutan garam meliputi tinggi
tanaman dan jumlah daun. Setelah 21 hari, tanaman dipanendan diamati panjang
akar, bobot segar, dan bobot kering tanaman. Pada akhir percobaan, dari seluruh
data yang terkumpul, dihitung rerata dari tiap ulangan pada tia perlakuan,
selanjutnya dibuat.
a. Grafik
Tinggi Tanaman pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas vs hari
pengamatan.
b. Grafik
Jumlah Daun pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas vs hari
pengamatan.
c. Histogram
Panjang Akar pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas.
d. Histogram
Bobot Segar dan Bobot Kering pada masing-masing konsentrasi garam tiap
komoditas.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
1.1. Pertumbuhan Kacang Tunggak
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman Hari ke-n (cm)
|
Jumlah Daun hari ke-n
|
BB
|
BK
|
PA
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||
0 ppm
|
12,9
|
14,3
|
13,8
|
15,6
|
18,2
|
18,5
|
19,3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
6
|
6
|
7
|
9,4
|
1,8
|
11
|
2500
ppm
|
15,4
|
15,9
|
16,9
|
18,1
|
21,6
|
21,3
|
22
|
3
|
4
|
4
|
5
|
7
|
6
|
7
|
10,5
|
1,79
|
18,2
|
5000
ppm
|
14,8
|
15,2
|
15,8
|
17,1
|
17,5
|
18,2
|
18,9
|
3
|
4
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9,3
|
1,246
|
16
|
V.
PEMBAHASAN
Salinitas merupakan kadar garam yang ada dalam tanah, yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Tinggi rendahnya kadar garam berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Berdasarkan ketahanan terhadap salinitasnya tumbuhan
dibedakan menjadi dua yaitu halopita dan
glikofita. Tumbuhan halopita merupakan tumbuhan yang mampu bertahan dalam kondisi salinitas tinggi,
sedangkan glikofita merupakan tumbuhan yang tidak dapat hidup dalam kondisi
salinitas tinggi.
Garam terlarut dalam tanah yang terdiri atas
natrium dan klor, sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Natrium berfungsi
untuk menggantikan sebagian kalium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum,
sedangkan klor diserap oleh tanaman dalam bentul ion Cl yang berperan dalam
proses fotosintesis. Oleh karena itu, kandungan akan keberadaan natrium dan
klor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa tanaman memerlukan kondisi salin bagi pertumbuhan. Namun, pada kondisi
salinitas yang terlalu rendah, ataupun tinggi dapat mempengaruhi produktivitas
tanaman.
Pada kondisi kadar garam rendah, kandungan
natrium dan klor dalam tanah rendah, sehingga pertumbuhan tanaman tidak
maksimal. Kondisi kadar tinggi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Dikarenakan dengan kondisi kadar garam tinggi, kondisi tanah cenderung
terdispersi sehingga akar akan sulit mengikat air dalam tanah. Namun, pada
kondisi salinitas tinggi ada beberapa tanaman yang mamu toleran pada kondisi
tersebut.
Dari percobaan yang telah dilakukan
tentang salinitas sebagai faktor pembatas abiotik, dalam hal dilakukan
pengamatan tentang pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan kacang tunggak.
Pengamatan yang dilakukan berupa tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering,
berat basah, dan panjang akar komoditas kacang tunggak.
Grafik 1.1. Tinggi Tanaman Kacang
Tunggak Hari ke-n
Berdasarkan
grafik yang dibuat dari hasil pengamatan tentang pengaruh salinitas terhadap pertambahan
tinggi tanaman kacang tunggak diperoleh kisaran yang berbeda-beda pada setiap
perlakuan. Pada konsentrasi 0 ppm didapatkan bahwa pertambahan tinggi pada hari
pertama paling sedikit dibandingkan pada perlakuan 2500 ppm dan 5000 ppm. Dari
ketiga perlakuan pada konsentrasi 2500 ppm dihari pertama berdasarkan grafik
tersebut pertambahan tinggi kacang tunggak lebih tinggi dari 0 ppm dan 5000
ppm. Hal tersebut juga berlangsung pada hingga hari ke-7. Namun, pada hari ke-3
dengan konsentrasi 0 ppm pada grafik tersebut mengalami penurunan, sama halnya
pada hari ke-6 dengan konsentrasi 2500 ppm. Hal tersebut merupakan kesalahan
yang diakibatkan karena pengolahan data yang kurang cermat, sehingga
mengakibatkan data salah.
Dari
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tanaman kacang tunggak dapat mengalami
pertambahan tinggi yang optimal pada konsentrasi garam 2500 ppm. Hal tersebut
dikarenakan kacang tunggak merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi tanah dengan kadar salinitas sedang. Pertambahan
tinggi kacang tunggak pad konsentrasi 0 ppm dan 5000 ppm tidak maksimal, hal
tersebut dikarenakan pada konsentrasi 0 ppm dan 5000 ppm, tanah tidak mampu
menyediakan unsur hara secara optimum sehingga berakibat pada pertumbuhan
tanaman. Pada konsentrasi 0 ppm, tanah kekurangan unsur hara yang seharusnya
tersedia dalam kondisi salin, namun dengan konsentrasi gram 0 ppm mengakibatkan
tanah tidak maksimal menyediakan unsur hara tersebut. Namun, disisi lain jika
pada konsentrasi garam tinggi yakni pada perlakuan 5000 ppm tanah juga tidak
mampu menyediakan unsur hara yang optimum. Hal tersebut dikarenakan pada
konsentrasi tersebut pH tanah tinggi sehingga mengakibatkan kondisi tanah
cenderung terdispersi dan tidak permeabel terhadap air irigasi.
Grafik 1.2. Jumlah Daun Kacang
Tunggak
Pada
pemgamatan pengaruh salinitas terhadap pertambahan jumlah daun kacang tunggak
didapatkan bahwa tanaman kacang tunggak mengalami pertambahan daun yang paling
banyak pada hari ke-5 dengan konsentrasi garam 2500 ppm. Pada hari ke-1, jumlah
daun yang tumbuh sama yakni 3, namun pada hari ke -5 jumlah daun lebih banyak
pada konsentrasi 2500 ppm. Sedangkan pada hari ke-7 pada konsentrasi 5000 ppm
jumlah daun lebih banyak dibandingkan pada konsentrasi lain. Hal tersebut
menunjukkan bahwa konsentrasi garam berpengaruh terhadap pertambahan jumlah
daun tanaman kacang tunggak.
Grafik 1.3. Berat Basah dan Berat
Kering Kacang Tunggak
Berdasarkan
grafik tersebut tentang pengaruh salinitas terhadap berat basah dan berat
kering kacang tunggak diperoleh hasil yang berbeda-beda pada setiap konsentrasi
garam. Pada perlakuan konsentrasi 2500 ppm, berat basah kacang tunggak paling
tinggi dibandingkan perlakuan konsentrasi 0 ppm dan 5000 ppm. Sedangkan, berat
kering tertinggi terjadi pada konsentrasi 0 ppm. Pada konsentrasi 2500 ppm,
berat kering yang dihasilkan juga dapat dikatakan tinggi. Dari data tersebut
diperoleh bahwa pada konsentrasi 2500 ppm pertambahan berat basah dan berat
kering dapat optimal. Hal tersebut dikarenakan unsur hara dalam tanah dapat tersedia
optimum pada konsentrasi garam 2500 ppm.
Grafik 1.4. Panjang Akar Kacang
Tunggak
Sedangkan
berdasarkan hasil pengamatan tentang pengaruh salinitas terhadap panjang akar
kacang tunggak, berdasarkan grafik tersebut didapatkan bahwa panjang akar paling
panjang pada konsentrasi 2500 ppm, sedangkan paling rendah pada konsentrasi 0
ppm. Pada konsentrasi 5000 ppm panjang akar kacang tunggak tidak terlalu
tinggi, namun juga tidak terlalu rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
konsentrasi 2500 ppm, kacang tunggak mampu tumbuh dengan optimal yang
ditunjukkan dengan pertambahan panjang akar yang lebih panjang dibandingkan
dengan konsentrasi lain.
Dari
hasil pengamatan didapatkan bahwa kacang tunggak mampu mengalami pertumbuhan
optimal pada konsentrasi 2500 ppm. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertambahan
panjang akar yang lebih panjang dibandingkan dengan konsentrasi 0 ppm dan 5000
ppm yakni 18 cm. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan tanaman kacang tunggak
yang optimal. Dikarenakan akar yang panjang sehingga berdampak pada maksimalnya
penyerapan unsur hara yang oleh akar. Akibat yang dihasilkan berupa berat
basah, berat kering, dan pertambahan tinggi dapat maksimal. Sehingga dapat
dikatakan tanaman kacang tunggak merupakan tanaman yang mampu hidup dengan
kondisi tanah salin dengan konsentrasi 2500 ppm.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa.
1. Kacang
tunggak dapat tumbuh dengan optimal pada kondisi kadar garam 2500 ppm.
2. Kacang
tunggak pada kondisi kadar garam 5000 ppm jumlah daun lebih banyak, sedangkan
pada kondisi kadar garam 2500 ppm tinggi tanaman, berat basah, berat kering,
serta panjang akar lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kadar garam 0 ppm
dan 5000 ppm.
DAFTAR
PUSTAKA
Adam,Paul.1993. Saltmarsh
Ecology. Great Britain at the University Press, Cambridge.
Garg Rohini,
Mohit Verma, Shashank Agrawal, Rama Shankar, Manoj Majee, and Mukesh Jain.2013. Deep transcriptome
sequencing of wild halophyte rice,
Portesia coarctata, provides novel
insights into the salinity and submergence
tolerance factors. Jurnal DNA Research 21:69-84.
Notohadiprawiro.1986.
“Tanah estuarian, watak, sifat, kelakuan dan kesuburannya”.
dalam Suwignyo Rujito Agus, Reni
Hayati, dan Mardiyanto. 2010. Toleransi tanaman
jagung terhadap salinitas dengan perlakuan stress awal rendah. Jurnal Agrivigor 10:73-83.
Onrizal. 2005.
Adaptasi tumbuhan mangrove pada lingkungan salin dan jenuh air.
Jurnal Ilmu Pertanian 11:67-87.
Syakir M, Nur
Maslahah, dan M Januati. 2008. Pengaruh salinitas
terhadap
pertumbuhan, produksi, dan mutu
sambiloto. Jurnal Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik 19:129-137.
No comments:
Post a Comment