Monday, 16 February 2015

DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN



Indonesia merupakan salah satu negara yang baru berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dalam proses perkembangan ini, Indonesia tak terlepas sebagai kawasan industri. Selain itu, seiring dengan populasi yang semakin meningkat, kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat. Hal tersebut memang mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat, namun hal tersebut bila tidak dapat dikendalikan mampu memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak negatif tersebut tidak hanya berdampak bagi lingkungan, makhluk hidup yang mendiami juga akan merasakannya seperti terkontaminasinya air sumur oleh gas NOX (N2O, NO2, N2O4 dan sebagainya) (Sutanto dan Iryani, 2011). Sehingga hal tersebut secara tidak langsung juga mempengaruhi kesehatan manusia.
            Negara industri, seperti Indonesia tidak akan pernah lepas dari masalah-masalah akibat dari industrialisasi. Banyak didirikan pabrik-pabrik di beberapa kawasan industri sebagai gambaran nyata bahwa negara ini mengalami perkembangan yang pesat. Namun, akibat dari hal itu tidak sedikit dampak negatif yang dirasakan . Selain itu, semakin meningkatnya pemakaian kendaraan bermotor juga menambah dampak buruk terhadap lingkungan. Akibat yang ditimbulkan dari pemakaian kendaraan bermotor tersebut di antaranya adalah hujan asam karena tingginya tingkat polusi udara yang ditimbulkan.
            Pada dasarnya dua jenis polutan penyebab hujan asam yaitu sulfur dioxcide (SO2) dan nitrogen dioxcide (NO2) (Loana dan Eugenia, 2009). Selain disebabkan oleh polusi kendaraan bermotor, polutan tersebut juga berasal dari asap pabrik. Peningkatan pendirian pabrik di wilayah industrial semakin meningkatkan volume keberadaan polutan tersebut. Hujan asam terjadi akibat kedua gas tersebut saling bereaksi di atmosfer dan membentuk asam. Sulfur dioxcide (SO2) bereaksi membentuk asam sulfur, sedangkan nitrogen dioxcide (NO2) bereaksi membentuk asam nitrit (Morris, 2004). Secara bersamaan kedua asam tersebut membentuk butiran air yang kemudian terbentuk hujan asam. Hujan asam sangatlah berpengaruh terhadap lingkungan, terlebih terhadap tanaman. Hujan asam dapat mengakibatkan kematian pada tanaman bahkan juga pada hewan.
            Tanaman tidak akan mampu hidup dalam kondisi tanah terlalu masam. Hanya beberapa jenis tanaman yang bersifat toleran terhadap keasaaman tanah di antaranya nanas (Ananas comucus) dan singkong (Manihot esculenta) (Barchia,2006). Pada umumnya Ph tanah netral berkisar antara 6,5-7,5. Ph tanah netral merupakan ph yang mampu menciptakan kondisi akan ketersediaan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Namun, ketika terjadi hujan asam maka menyebabkan kondisi tanah memiliki kandungan sulfat masam berlebih sehingga mampu mendorong pelapukan mineral-mineral silikat dalam tanah (Barchia,2006). Tanaman pada tanah sulfat masam harus menghadapi berbagai kendala untuk tetap bertahan hidup. Pertumbuhan tanaman menjadi terganggu baik kendala kimia, biologi dan fisik yang diakibatkan karena terjadinya hujan asam. Permasalahan kimia yang menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman di antaranya adalah menurunnya ketersediaan fosfat yang disebabkan oleh pembentukan kompleks Al-fosfat dan Fe-fosfat, kandungan kation-kation basa yang rendah dan defisiensi unsur hara, dan salinitas (Dent,1986 via Barchia,2006). Pada masalah fisik yang harus dihadapi tanaman dengan kondisi tanah masam, seperti cekaman air pada perakaran, sedangkan permasalahan biologi yang muncul seperti tanaman dalam kondisi stres mudah terserang penyakit dan juga menghambat bakteri penambat N yang hidup bersimbiosis dengan tanaman legum (Barchia,2006:77). Permasalahan-permasalahan tersebut sangatlah menganggu proses pertumbuhan tanaman. Akibat dari defisiensi unsur hara mengakibatkan tanaman tumbuh lambat, atau bahkan dapat mengalami kematian.
            Hujan asam pada Ph 3,5 berakibat buruk pada tanaman padi (Zabawi et al., 2008). Sedangkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neufield et al (1985) dalam Anita Singh dan Agrawal (2008) bahwa terjadi penurunan tingkat fotosintesis pada Ph 2,0 dalam tanaman Platanus occidentalis. Penurunan tingkat kecenderungan tanaman untuk melakukan melakukan fotosintesis berakibat pada bahan makanan yang diprodukti tanaman juga menurun. Jika dikaitkan dengan proses perkecambahan, maka dengan peningkatan kadar asam yang diakibatkan oleh hujan asam pada Ph 3,5 dapat menurunkan tingkat perkecambahan menurun 3%-5% (Zabawi et al., 2008). Penurunan tingkat perkecambahan tersebut terjadi antara 7 dan 10 hari setelah disebarkan. Sehingga hal tersebut mengakibatkan perkecambahan menjadi lambat. Namun, untuk biji tertentu misalkan pada biji sirsak yang masa dormannya lama dikarenakan kulit biji yang keras, kondiri masam dapat membentu memecahkan kulit biji yang keras. Sehingga perlakuan untuk mempercepat pada biji yang keras perlu ditambahkan asam untuk membantu proses awal perkecambahan. Di sisi lain, pada biji yang memiliki kulit biji yang lunak, kondisi asam saat perkecambahan dapat berakibat melambatnya proses perkecambahan. Hal tersebut dikarenakan dengan kondisi masam biji yang lunak tersebut seperti dipaksakan untuk berkecambah. Maka bagian kotiledon akan rusak dikarenakan pekatnya asam yang timbul, padahal kotiledon merupakan tempat cadangan makanan pada biji saat berkecambah.
            Namun, disisi lain kondisi masam akibat hujan asam juga dapat dikatakan penting bagi tanaman tertentu, yakni tanaman di sekitas hutan. Tanaman tersebut memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhannya. Dalam mekanisme budidaya tanaman, untuk menekan akibat yang ditimbulkan dari hujan asam di antaranya dengan menggunakan rumah kaca sebagai tempat perkecambahan. Sehingga, saat perkecambahan udara di dalam ruang perkecambahan  tidak akan terpengaruh oleh udara luar.  Dengan melakukan hal tersebut maka proses perkecambahan tidak akan berlangsung lambat. Namun, pengontrolan akan kadar air untuk perkecambahan harus dimaksimalkan agar energi yang digunakan dari imbibisi air sehingga perkecambahan akan berlangsung secara optimal dan tidak akan terpengaruh dengan terjadinya hujan asam.

DAFTAR PUSTAKA
Morris,Tom.2004. Acid Rain and Plant Growth.Fullerton, Environmental Biology Laboratory
Barchia, Muhammad Faiz.2006. Gambut : Agroekosistem dan Transformasi Karbon.
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Zabawi A.G.M., Esa S.M, Leong C.P.2008. Effect of simulated acid rain on germination and
growth of rice plant 36:1-6.
Singh, A dan Agrawal,M.2008. Acid rain and its ecology consequence. Journal of
Environmental Biology 29:15-24.
Ioana, S dan Eugenia.2009. The effect of simulated acid rain on growth and biochemistry
process in grass (Lolium perenne). Jurnal Environmental 52: 15-23.
Sutanto dan Iryani, A.2011. Hujan asam dan perubahan kadar nitra dan sulfat dalam air
sumur di wilayah industri Cibinong-Citeureup Bogor. Jurnal Teknologi Pengelolaan
Limbah 14 : 34-45.
Sutanto, Rahman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta, PT Kanisius.









No comments:

Post a Comment