Menurut
Odum (1996) bahwa ada dua hal yang perlu dipertimbangkan agar mampu menciptakan
ekosistem yang mampu menunjang pertumbuhan organisme secara lebih baik yaitu
faktor lingkungan dan interaksi antar organisme. Faktor-faktor lingkungan
seperti temperatur, secara tidak
langsung juga terlibat dalam transformasi materi yang berguna bagi kehidupan
organisme. Faktor biotik tersebut sangatlah berpengaruh terhadap
keberlangsungan kehidupan organisme. Selain faktor lingkungan, interaksi yang terjadi antar organisme.
Interaksi organisme satu dengan yang lain memberikan pengaruh terhadap
terbentuknya kondisi dalam suatu populasi (Odum,1996:65).
Dalam
biosfer, makluk hidup yang satu dengan yang lainnya akan selalu melakukan
interaksi untuk keberlangsungan hidup. Interaksi merupakan hubungan antara
makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya (Elfidasari,2007). Interaksi
terjadi karena makhluk hidup akan selalu membutuhkan bahan untuk bertahan hidup,
sebagai contoh tanaman tidak sekedar membutuhkan cahaya matahari untuk tumbuh,
namun juga memerlukan unsur hara dari dalam tanah untuk dapat tumbuh secara
optimal. Interaksi antar organisme dapat memberikan keuntungan atau bahkan
kerugian bagi organisme yang melakukan interaksi.
Interaksi
atau hubungan antar makhluk hidup dapat berlangsung secara beragam. Salah satu
di antaranya adalah kompetisi merupakan suatu bentuk hubungan antar mahkluk
hidup yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu
tempat (Elfidasari,2007). Dikarenakan keterbatasan sumber daya alam sehingga
mengharuskan makhluk hidup melakukan kompetisi atau persaingan dengan yang lain
agar tetap mampu bertahan hidup.
Kompetisi atau persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat berupa keaktifan dalam memperebutkan kebutuhan ruang/ tempat,
makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya (Indriyanto,2010). Adanya persaingan antar organisme tersebut
mengakibatkan pengaruh terhadap organisme yang terlibat dalam persaingan. Pengaruh
berupa pertumbuhan yang produktif tentunya akan didapat oleh tanaman yang mampu
memperebutkan unsur hara lebih banyak.
Menurut
Begon (1990) kompetisi ada dua jenis, yaitu inter dan intra spesies. Kompetisi
intra spesies merupakan suatu kompetisi yang terjadi dalam satu spesies yang
sama, sedangkan inter spesies merupakan kompetisi yang terjadi dalam spesies
yang berbeda. Hal tersebut nampak dalam sistem budidaya tanaman secara tumpang
sari. Dalam budidaya tanaman secara tumpang sari sangatlah jelas bahwa
kompetisi inter maupun intra spesifik terjadi di dalamnya. Sebagai contoh,
budidaya tanaman kacang tanah namun juga menggunakan tanaman pendamping
misalnya cabai. Dalam kasus tersebut kompetisi interspesifik terjadi antara
tanaman kacang tanah dengan cabai, sedangkan antar tanaman cabai ataupun antar
tanaman kacang tanah terjadi kompetisi interspesifik. Namun tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kompetisi intra spesifik antara tanaman kacang tanah
dengan gulma atau cabai dengan gulma. Gulma yang dibiarkan tumbuh pada sekitar
tanaman kacang tanah akan menurunkan hasil sampai 47% (Moenandir et al.,1996 via Murrinie, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Pranasari, Tutik Nurhidayati, dan Kristanti Indah Purwani (2012) bahwa
kemampuan tanaman berkompetisi dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma,
kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman
serta tingkat kesuburan tanah. Pada rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada jagung (Zea mays.L) mampu menghasilkan
allelkimia yang mampu mengakibatkan allelopati pada tanaman lain (Pranasari, et.al, 2012). Akibat dari peristiwa
tersebut maka tanaman pokok budidaya akan
mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal atau bahkan mengalami kematian karena
timbulnya keadaan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan bagi tanaman seperti
salinitas yang tinggi.
Pengaruh
dari kompetisi baik intra maupun inter spesifik dapat secara fisiologi maupun
morfologi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Grime (1977) dalam Mangla (2011) bahwa kompetisi dapat
berpengaruh terhadap struktur tanaman, pada lingkungan yang minim unsur hara..
Tanaman yang menang dalam kompetisi akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik dibandingkan tanaman yang kalah dalam persaingan memperebutkan unsur hara
bahkan mungkin mengalami kematian. Pengaturan jarak tanam antar tumbuhan sangat
perlu diperhatikan untuk dapat mengoptimalkan hasil budidaya tanaman. Menurut
Indriyanto (2010) bahwa kompetisi yang paling keras terjadi pada tumbuhan yang memiliki spesies yang sama. Hal
tersebut dapat terjadi karena tumbuhan yang berspesies sama akan memerlukan
unsur hara yang sama jenisnya dan jumlahnya. Sehingga antar tanaman dengan
spesies yang sama kompestisi yang terjadi sangat keras. Di lingkungan hutan hujan tropis, hal tersebut
sangat terlihat bahwa pepohonan tua menekan perkembangan anakan dari spesies
mereka sendiri (Indriyanto,2010).
Cahaya
merupakan salah satu komponen yang dapat diperebutkan antar tanaman. Tanaman
yang mampu mendapatkan cahaya matahari lebih banyak maka pertumbuhannya akan
lebih optimial, jika dibandingkan dengan tanaman yang sedikit dalam menyerap
cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap berlangsungnya laju fotosintesis, dengan
laju fotosintesis yang tinggi karena pasokan cahaya yang terserap banyak maka
akan menghasilkan bahan materi bagi pertumbuhan tanaman secara maksimal.
Sedangkan, komponen lain seperti air, unsur hara, udara yang berada dalam
tanah, juga menjadi materi yang diperebutkan antar organisme. Kemampuan tanaman
dalam persaingan memperebutkan materi tersebut sangat bergantung kecepatan
pertumbuhan akar. Jika pertumbuhan akar suatu tanaman sangat cepat, maka hal
terseut sebanding dengan unsur hara yang diserap oleh akar tanaman. Namun,
kecepatan pertumbuhan akar tanaman sangat tergantung dari proses fotosintesis
yang berlangsung. Jadi pada dasarnya persaingan yang dilakukan tanaman baik itu
dibagian atas dan bawah tanah sangat berhubungan.
Dalam
sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi inter maupun intra specifik antar
tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses penanaman. Pengaturan
jarak tanam yang tepat dapat dijadikan solusi dalam proses penanaman.
Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan menekan kompetisi yang keras antar
tanaman, terlebih pada penanaman dengan spesies yang sama. Selain itu, dengan
jarak tanam yang sesuai unsur hara yang terserap oleh tanaman akan seimbang,
jadi hasil yang didapatkan akan seragam.
DAFTAR
PUSTAKA
Elfidasari Dewi.2007.
Jenis Interaksi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tiga Jenis Kuntul
saat
Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten.
Jurnal
Biodiversitas 8:266-269.
Pranasari Rizka A,
Tutik Nurhayati, dan Kristanti Indah Purwani. 2012. Persaingan Tanaman
Jagung
(Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus rotundus) pada Pengaruh Cekaman
Garam
(NaCl). Jurnal Sains dan Seni ITS 1:2301-928X.
Moenandi et al. 1998. Pengantar Ilmu da
Pengendalian Gulma. Dalam Murrinie, E.D.2004.
Analisis
Pertumbuhan Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada
Frekuensi
Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda
Mangla Seema, Roger L.
Sheley, Jeremy J. James dan Steven R. Radosevich.2011. Intra and
Interspesific
Competition among Invasive and Native Spesies during Early Stages of
Plant
Grow. Jurnal Plant Ecol 212:531-542.
Odum, Eugene P.1996.
Ecology. United States of America, Library of Congress Catalog
Card.
Indriyanto.2010.Ekologi
Hutan. Cetakan Ketiga. Jakarta, PT Bumi Aksara.
Begon, Michael.1990.
Ecology:individuals, populations and communities.Second Edition
United
State of America, Blackwell Scientific Publications
No comments:
Post a Comment