Monday, 16 February 2015

KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK



Menurut Odum (1996) bahwa ada dua hal yang perlu dipertimbangkan agar mampu menciptakan ekosistem yang mampu menunjang pertumbuhan organisme secara lebih baik yaitu faktor lingkungan dan interaksi antar organisme. Faktor-faktor lingkungan seperti temperatur,  secara tidak langsung juga terlibat dalam transformasi materi yang berguna bagi kehidupan organisme. Faktor biotik tersebut sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan organisme. Selain faktor lingkungan,  interaksi yang terjadi antar organisme. Interaksi organisme satu dengan yang lain memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kondisi dalam suatu populasi (Odum,1996:65).
Dalam biosfer, makluk hidup yang satu dengan yang lainnya akan selalu melakukan interaksi untuk keberlangsungan hidup. Interaksi merupakan hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya (Elfidasari,2007). Interaksi terjadi karena makhluk hidup akan selalu membutuhkan bahan untuk bertahan hidup, sebagai contoh tanaman tidak sekedar membutuhkan cahaya matahari untuk tumbuh, namun juga memerlukan unsur hara dari dalam tanah untuk dapat tumbuh secara optimal. Interaksi antar organisme dapat memberikan keuntungan atau bahkan kerugian bagi organisme yang melakukan interaksi.
Interaksi atau hubungan antar makhluk hidup dapat berlangsung secara beragam. Salah satu di antaranya adalah kompetisi merupakan suatu bentuk hubungan antar mahkluk hidup yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat (Elfidasari,2007). Dikarenakan keterbatasan sumber daya alam sehingga mengharuskan makhluk hidup melakukan kompetisi atau persaingan dengan yang lain agar tetap mampu bertahan hidup.  Kompetisi atau persaingan yang dilakukan organisme-organisme  dapat berupa keaktifan dalam  memperebutkan kebutuhan ruang/ tempat, makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan  oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Indriyanto,2010). Adanya persaingan antar organisme tersebut mengakibatkan pengaruh terhadap organisme yang terlibat dalam persaingan. Pengaruh berupa pertumbuhan yang produktif tentunya akan didapat oleh tanaman yang mampu memperebutkan unsur hara lebih banyak.
Menurut Begon (1990) kompetisi ada dua jenis, yaitu inter dan intra spesies. Kompetisi intra spesies merupakan suatu kompetisi yang terjadi dalam satu spesies yang sama, sedangkan inter spesies merupakan kompetisi yang terjadi dalam spesies yang berbeda. Hal tersebut nampak dalam sistem budidaya tanaman secara tumpang sari. Dalam budidaya tanaman secara tumpang sari sangatlah jelas bahwa kompetisi inter maupun intra spesifik terjadi di dalamnya. Sebagai contoh, budidaya tanaman kacang tanah namun juga menggunakan tanaman pendamping misalnya cabai. Dalam kasus tersebut kompetisi interspesifik terjadi antara tanaman kacang tanah dengan cabai, sedangkan antar tanaman cabai ataupun antar tanaman kacang tanah terjadi kompetisi interspesifik. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi kompetisi intra spesifik antara tanaman kacang tanah dengan gulma atau cabai dengan gulma. Gulma yang dibiarkan tumbuh pada sekitar tanaman kacang tanah akan menurunkan hasil sampai 47% (Moenandir et al.,1996 via Murrinie, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pranasari, Tutik Nurhidayati, dan Kristanti Indah Purwani (2012) bahwa kemampuan tanaman berkompetisi dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman serta tingkat kesuburan tanah. Pada rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada jagung (Zea mays.L) mampu menghasilkan allelkimia yang mampu mengakibatkan allelopati pada tanaman lain (Pranasari, et.al, 2012). Akibat dari peristiwa tersebut maka tanaman pokok  budidaya akan mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal atau bahkan mengalami kematian karena timbulnya keadaan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan bagi tanaman seperti salinitas yang tinggi.
Pengaruh dari kompetisi baik intra maupun inter spesifik dapat secara fisiologi maupun morfologi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Grime (1977) dalam Mangla (2011) bahwa kompetisi dapat berpengaruh terhadap struktur tanaman, pada lingkungan yang minim unsur hara.. Tanaman yang menang dalam kompetisi akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tanaman yang kalah dalam persaingan memperebutkan unsur hara bahkan mungkin mengalami kematian. Pengaturan jarak tanam antar tumbuhan sangat perlu diperhatikan untuk dapat mengoptimalkan hasil budidaya tanaman. Menurut Indriyanto (2010) bahwa kompetisi yang paling keras terjadi pada  tumbuhan yang memiliki spesies yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena tumbuhan yang berspesies sama akan memerlukan unsur hara yang sama jenisnya dan jumlahnya. Sehingga antar tanaman dengan spesies yang sama kompestisi yang terjadi sangat keras.  Di lingkungan hutan hujan tropis, hal tersebut sangat terlihat bahwa pepohonan tua menekan perkembangan anakan dari spesies mereka sendiri (Indriyanto,2010).
Cahaya merupakan salah satu komponen yang dapat diperebutkan antar tanaman. Tanaman yang mampu mendapatkan cahaya matahari lebih banyak maka pertumbuhannya akan lebih optimial, jika dibandingkan dengan tanaman yang sedikit dalam menyerap cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap berlangsungnya laju fotosintesis, dengan laju fotosintesis yang tinggi karena pasokan cahaya yang terserap banyak maka akan menghasilkan bahan materi bagi pertumbuhan tanaman secara maksimal. Sedangkan, komponen lain seperti air, unsur hara, udara yang berada dalam tanah, juga menjadi materi yang diperebutkan antar organisme. Kemampuan tanaman dalam persaingan memperebutkan materi tersebut sangat bergantung kecepatan pertumbuhan akar. Jika pertumbuhan akar suatu tanaman sangat cepat, maka hal terseut sebanding dengan unsur hara yang diserap oleh akar tanaman. Namun, kecepatan pertumbuhan akar tanaman sangat tergantung dari proses fotosintesis yang berlangsung. Jadi pada dasarnya persaingan yang dilakukan tanaman baik itu dibagian atas dan bawah tanah sangat berhubungan.
Dalam sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi inter maupun intra specifik antar tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses penanaman. Pengaturan jarak tanam yang tepat dapat dijadikan solusi dalam proses penanaman. Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan menekan kompetisi yang keras antar tanaman, terlebih pada penanaman dengan spesies yang sama. Selain itu, dengan jarak tanam yang sesuai unsur hara yang terserap oleh tanaman akan seimbang, jadi hasil yang didapatkan akan seragam.









DAFTAR PUSTAKA
Elfidasari Dewi.2007. Jenis Interaksi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tiga Jenis Kuntul
saat Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten.
Jurnal Biodiversitas 8:266-269.
Pranasari Rizka A, Tutik Nurhayati, dan Kristanti Indah Purwani. 2012. Persaingan Tanaman
Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus rotundus) pada Pengaruh Cekaman
Garam (NaCl). Jurnal Sains dan Seni ITS 1:2301-928X.
Moenandi et al. 1998. Pengantar Ilmu da Pengendalian Gulma. Dalam Murrinie, E.D.2004.
Analisis Pertumbuhan Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada
Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda
Mangla Seema, Roger L. Sheley, Jeremy J. James dan Steven R. Radosevich.2011. Intra and
Interspesific Competition among Invasive and Native Spesies during Early Stages of
Plant Grow. Jurnal Plant Ecol 212:531-542.
Odum, Eugene P.1996. Ecology. United States of America, Library of Congress Catalog
Card.
Indriyanto.2010.Ekologi Hutan. Cetakan Ketiga. Jakarta, PT Bumi Aksara.
Begon, Michael.1990. Ecology:individuals, populations and communities.Second Edition
United State of America, Blackwell Scientific Publications

No comments:

Post a Comment