Apa yang Aku
Lakukan Hari Ini....
Mimpi
besar saya adalah membangun desa saya sendiri. Memang saya menyadari bahwa
semenjak menjadi mahasiswa saya sadar bahwa diri saya punya tanggung jawab
untuk tidak sekedar bertanggung jawab untuk diri sendiri, namun harus mampu
bertanggung jawab untuk lingkungan khususnya masyarakat sekitar saya.
Pengabdian adalah salah satu tri dharma yang di dalam maknanya setiap orang
memaknainya berbeda-beda sesuai dengan persepsinya masing-masing. Namun, bagi
saya pengabdian adalah keharusan bagi seseorang yang merasa dirinya peka
terhadap kondisi sekitarnya, untuk ikut berkontribusi untuk membangun
masyarakat untuk lebih baik. Tak mengharuskan dia adalah mahasiswa atau bukan,
namun yang jelas semua orang berkewajiban untuk berkontribusi membangun negara
ini untuk lebih baik. Namun, saya menganggap mereka yang mahasiswa lebih punya
tanggung jawab besar untuk aplikasi salah satu tri dhama ini.
Pendidikan
sejatinya tidak hanya dibangun di kalangan sekolah, namun juga keluarga dan
masyarakat. Di kalangan sekolah yang berperan adalah guru, sementara dalam
keluarga adalah orang tua, dan di masyarakat adalah semua anggota masyarakat
berperan untuk menciptakan atmosfer pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai
yang baik.Oleh karenanya betapa pentingnya pendidikan di masyarakat. Mungkin
banyak kalangan mengatakan tak mungkin lagi kita menerapkan “bali nang deso bangun deso” kembali ke
desa untuk membangun desa, namun bagi saya itu tetap harus dilakukan oleh
generasi muda, karena saya menyadari bahwa kalau bukan kita yang membangun desa
mau siapa lagi. Apakah kita akan terus mendiamkan keadaan desa dalam kondisi
diam? Tidak ditemui atmosfer karang taruna? Kalau banyak kaum muda yang lebih
memilih keluar kota atau bahkan keluar negeri untuk bekerja, bagaimana dengan
keadaan desa yang tetap dibiarkan? Pembangunan yang sebenarnya dimulai dari
desa. Jadi bila pembangunan di desa baik mana baik pula pembangunan negeri ini.
Nilai-nilai luhur, sopan santun, hanya dari pendidikan dimasyarakat kita
belajar dan terapkan.
Saya
sendiri hidup di kalangan masyarakat yang bisa dikatakan tidak ada gebrakan
atau keaktifan kaum muda, tidak ditemui karang taruna yang aktif dalam setiap
agenda kemasyarakatan. Hampir tiga tahun keadaan seperti ini terjadi. Dan hal
tersebut yang menyebabkan diri saya harus bisa menggerakan, dan memulainya
kembali. Saya ingin melihat ada kemajuan di desa saya. Dan saya awali hal
tersebut dengan pembentukan remaja masjid. Walaupun awalnya terasa berat, namun
saya tetap nekat akan kemauan saya untuk bisa menggerakkan. Di sini saya
belajar dan harus mengajarkan karena kebanyakan mereka adalah adik angkatan
saya. Saya merasa bahwa mereka perlu untuk belajar dalam keorganisasian
kemasyarakatan, walaupun dalam lingkup kecil namun saya ingin menciptakan media
belajar bagi mereka. Planing saya
selanjutnya adalah
1.
Pembentukan karang taruna baru
2.
Membentuk UMKM di desa saya untuk
pemberdayaan kaum ibu-ibu
3.
Pembentukan paguyubaan kesenian
karawitan untuk melestarikan budaya jawa, karena kebanyakan generasi saya sudah
lupa atau bahkan tidak tahu akan budaya sendiri.
Walaupun
sekarang saya belum memulai, namun lambat laun itu inshaAlloh akan saya
lakukan. Dalam tahap awal saya baru menyuntikkan gagasan ini ke beberapa tokoh
masyarakat dan memulai penyusun proposal untuk kemudahan rencana saya.
Dalam
bidang keilmuan saya, saya telah mencobakan varietas padi sintia yang konon
kata salah seorang dosen dengan input yang tepat akan menghasilkan 8 ton per
ha. Namun, hal tersebut baru saya cobakan di lahan bapak saya. Harapannya
ketika hal tersebut berhasil, harapan saya petani lain juga menggunakan
varietas tersebut sehingga mampu meningkatkan produksi lahan pertaniannya. Misi
besar saya di bidang pertanian adalah melakukan atau menggalakan kembali SLPHT
(sekolah lapang pengendalian hama terpadu). Dimana dalam misi ini harapan saya
bisa menyuntikkan sistem pertanian terpadu yang agar tetap sesuai dengan
kondisi lingkungan. Pada intinya saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan saya
belajar di pertanian, karena di sini saya sadar bahwa saya sebagai jalur
jembatan antara petani buruh di desa saya dengan para pakar pertanian. Oleh
karena itu, saya selalu berusaha untuk meluangkan waktu berdiskusi dengan dosen
terkait permasalahan yang sering dihadapi di kalangan petani di sekitar saya.
Apa
Impianku untuk Indonesia 2045
Tahun tersebut
adalah waktu dimana generasi saya bisa memulai untuk mengatur roda
pemerintahan. Waktu dimana generasi saya berambisi hebat untuk Indonesia.
Impian saya untuk Indonesia 2045.
-
Tidak akan terjadi lagi alih fungsi
lahan pertanian
-
Indonesia sudah bisa swasembada pangan
-
Pertanian dapat dilakukan dengan
aplikasi teknologi
-
Pertanian telah menerapkan pertanian vertikal
-
Tidak akan pernah melakukan impor lagi,
negara bisa mengusahakan tanpa harus impor (impor sama dengan menyakiti/tidak
menghargai petani).
-
Pertanian sebagai alat utama pembangunan
negara
-
Sudah diterapkan hukuman mati untuk
koruptor
-
Hasil bumi mampu dikelola negara tanpa
kerjasama asing
-
Ada gerakan kaum muda membangun desa
Sebenarnya
impian saya untuk Indonesia sangat banyak, namun impian utama saya adalah di
tahun 2045 negara sudah mampu menjadikan pertanian sebagai sektor utama
pembangunan. Dikarenakan bila pertanian di suatu negara hebat maka hebatlah
negeri ini.
Pada
dasarnya pembangunan suatu negara ditentukan oleh keadaan kaum mudanya. Nasib
negara ini ditentukan oleh generasi mudanya sekarang. Saya memahami bahwa
setiap orang telah memilih jalannya sendiri-sendiri untuk melakukan perannya
untuk negeri ini. Dan saya pun demikian, saya memilih jalan saya sendiri untuk
melakukan peran ini. Dan saya ingin memulainya dari lingkungan sekitar saya.
Harapan saya setiap kaum muda mampu berpikir global, namun tindakannya lokal.
Bahwa betapa pentingnya kita bertindak untuk lingkungan sekitar, namun
impiannya luas untuk kemajuan negara. Karena dengan hal tersebut Indonesia akan
lebih baik dan lebih baik.
No comments:
Post a Comment